Tidak Ada Keraguan Tentang Peringatan Maulid Nabi
Tidak Ada Keraguan Tentang Peringatan Maulid Nabi - Sebagian kaum muslimin sering mempertanyakan dasar hukum atau dalil mengenai pelaksanaan peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Di Indaonesia peringatan kelahiran nabi Muhammad SAW menjadi hajatan besar setiap tahun, dari kalangan masyarakat umum, pemerintahan bahkan beberapa kerajaan (keraton) yang sekarang masih ada.
Pertanyaan ini sering membuat orang ragu untuk melaksanakan peringatan tersebut. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena sudah jelas dasar hukum atau dalilnya tentang peringatan maulid nabi ini. Kalau penulis yang berpendapat tentu anda (pembaca) tidak percaya, berikut ini saya cuplikan pendapat panutan saya yaitu Alustazd Al'alamah Alhabib Munzir Al-Musawa. Tulisan beliau ini sengaja tidak saya edit, khawatir editan saya justru membuat arti yang berbeda, lagi pula seorang murid tidak baik (kolil adab) untuk mengkoreksi guru.
Pertanyaan ini sering membuat orang ragu untuk melaksanakan peringatan tersebut. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena sudah jelas dasar hukum atau dalilnya tentang peringatan maulid nabi ini. Kalau penulis yang berpendapat tentu anda (pembaca) tidak percaya, berikut ini saya cuplikan pendapat panutan saya yaitu Alustazd Al'alamah Alhabib Munzir Al-Musawa. Tulisan beliau ini sengaja tidak saya edit, khawatir editan saya justru membuat arti yang berbeda, lagi pula seorang murid tidak baik (kolil adab) untuk mengkoreksi guru.
Dasar Hukum / Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini adalah pendapat Alustazd Al'alamah Alhabib Munzir Al-Musawa mengenai dasar hukum di bolehkanya pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad Saw dalam buku Kenalilah Aqidahmu :
Ketika kita membaca kalimat di
atas maka di dalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat
ini akan langsung membuat
alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas
penjelasannya secara ‘Aqlan wa
syar’an, (logika dan syariah).
Sifat manusia cenderung
merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah
keberhasilan, kemenangan,
kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta,
mabuk - mabukkan, berjoget
bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan
lainnya, demikian adat istiadat
di seluruh dunia.
Sampai disini saya jelaskan
dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.
Allah Merayakan Hari Kelahiran Para Nabi Nya
• Firman Allah : “(Isa as
berkata di pangkuan ibunya) Salam
sejahtera atasku, di hari
kelahiranku, dan hari aku wafat,
dan hari aku dibangkitkan” (QS. Maryam : 33)
• Firman Allah : “Salam
Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari
wafatnya dan hari ia
dibangkitkan” (QS. Maryam : 15)
• Rasul saw lahir dengan
keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala Shahihain hadits
No.4177)
• Berkata Utsman bin Abil Ash
Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah
ra bunda Nabi saw, ketika Bunda
Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman)
melihat bintang - bintang mendekat
hingga ia takut berjatuhan di atas kepalanya, lalu ia
melihat cahaya terang -
benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang
benderangnya kamar dan rumah
(Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir ke
muka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat Shahih oleh Ibn
Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi
saw melihat cahaya yang terang
- benderang hingga pandangannya menembus dan melihat
Istana Istana Romawi (Fathul
Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu
runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah
jendela besar di Istana Kisra,
dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak
pernah padam. (Fathul Bari
Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian kejadian ini
dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul
menandakan kelahiran Nabi saw,
dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad
Rasulullah saw di alam ini,
sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada
kelahiran Nabi - Nabi
sebelumnya.
Rasulullah Saw Memuliakan Hari Kelahiran Beliau Saw
Ketika beliau saw ditanya
mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah
hari kelahiranku, dan hari
aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits No.1162). Dari
hadits ini sebagian saudara -
saudara kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw
asal dengan puasa.
Rasul saw jelas - jelas memberi
pemahaman bahwa hari senin itu berbeda di hadapan beliau
saw daripada hari lainnya, dan
hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau
saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh - boleh
saja..”,
namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan
bagi beliau saw hari
kelahiran beliau saw ada nilai
tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd
bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka
amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah..
bukankah jelas - jelas bahwa zeyd
memahami bahwa 1 Januari adalah
hari yang berbeda dari hari - hari lainnya bagi amir?
dan amir menyatakan dengan
jelas bahwa 1 Januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti
amir ini termasuk orang yang
perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan
hari kelahirannya maka pastilah
ia tak perlu menyebut - nyebut bahwa 1 Januari adalah
hari kelahirannya, dan Nabi saw
tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan
kelahirannya, pertanyaan
sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yang
lebih luas dari sekedar
pertanyaannya. Sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan
umroh pada 1 Januari karena itu
adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat
bahwa boleh merayakan maulid
hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya
pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang
puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab
: hari itu hari kelahiranku,
menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada
pribadi beliau saw, sekaligus
diperbolehkannya puasa di hari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi
saw termasuk yg perhatian pada hari kelahiran beliau saw,
karena memang merupakan
bermulanya sejarah bangkitnya Islam.
Sahabat Memuliakan Hari Kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib
ra : “Izinkan aku memujimu wahai
Rasulullah..” maka
Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka
Abbas ra memuji dengan syair
yang panjang, diantaranya : “… dan
engkau (wahai Nabi
saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya
dibumi hingga terang - benderang, dan
langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam
naungan cahaya itu dan dalam
tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus
mendalaminya” (Mustadrak
‘ala Shahihain
hadits No.5417)
Kasih Sayang Allah Atas Kafir Yang Gembira Atas Kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin
Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan
Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab
menjawab : “di neraka,
Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku
membebaskan budakku Tsuwaibah
karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih
Bukhari hadits No.4813, Sunan
Imam Baihaqi Alkubra hadits
No.13701, Syi’bul Iman No.281, Fathul Baari Almasyhur juz
11 hal 431). Walaupun kafir terjahat
ini di bantai di alam barzakh, namun tentunya Allah
berhak menambah siksanya atau
menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah
menguranginya setiap hari senin
karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan
membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tak dapat
dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun
mimpi dapat dijadikan hujjah
sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang
kafir atas kebangkitan Nabi
saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan
Nabi saw maka Imam - Imam
diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah
bagi kita bahwa hal itu benar
adanya, karena diakui oleh Imam - Imam dan mereka tak
mengingkarinya.
Baca juga artikel : Tahlilan, Adat atau Syari'at?
Bismillah wahai ummat islam kembali kepada al qur'an dan as sunnah, tinggalkan hal yang meragukan/syubkhat, masih banyak sunnah shahihah yang belum dilaksanakan, mengapa kita membuat acara mubazir yang tidak jelas syariatnya, sungguh allah subkhanahu wa ta'ala, menanyakan apa yang telah engkau perbuat di yaumul khisab, astaghfirullahaladziim, syukron.
BalasHapusAllohuma sholi 'ala sayidina Muhammad wa 'ala ali sayidina Muhammad
BalasHapusAjakan kepada pemurnian alquran dan assunah kelihatannya bagus dan benar, tetapi kenyataannya adalah mereka memahami islam terlalu sempit dan mempersempit pengamalan alquran dan alhadist serta pendapat para ulama terdahulu. Saya justru khawatir islam semakin di jauhi, terbukti dengan munculnya istilah "islam phobia"
Allohuma sholi 'ala sayidina Muhammad wa 'ala ali sayidina Muhammad