Mahabbah, Cinta Hakiki Hamba kepada Allah

Mahabbah, atau cinta, merupakan perasaan universal yang dimiliki oleh setiap manusia. Namun, mahabbah yang paling agung dan hakiki adalah cinta kepada Allah SWT. Cinta ini menjadi landasan bagi seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

mahabbah


Dalil tentang Mahabbah dalam Al-Qur'an dan Hadist

Al-Qur'an dan hadis banyak sekali memuat ayat dan hadis yang menjelaskan tentang pentingnya mahabbah kepada Allah. Beberapa di antaranya adalah:

  • QS. Ali Imran ayat 31: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu'."
  • Hadis riwayat Bukhari dan Muslim: "Tidak sempurna iman seorang hamba sehingga ia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada mencintai dirinya sendiri dan orang lain."

 


Pengertian Mahabbah

Dalam konteks agama Islam, mahabbah memiliki makna yang sangat dalam. Ini bukan sekadar perasaan suka atau senang, melainkan sebuah ikatan batin yang kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Mahabbah adalah puncak dari keimanan, di mana seorang hamba telah mencapai tingkat kesadaran spiritual yang tinggi sehingga seluruh aktivitasnya dilandasi oleh cinta kepada Allah.

Di dalam kitab Kasyifatus Saja menegaskan bahwa Sebagian ulama berkata bahwa cinta Allah memiliki 10 arti jika dilihat dari segi hamba yang mencintai Allah, yaitu diantaranya

  1. Hamba meyakini bahwa sesungguhnya Allah ta’ala adalah dapat dipuji dari sudut manapun yang mendasarkan pujian dengan setiap sifat dari sifat-sifat-Nya.
  2. Hamba meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya, dan Dzat yang memberi nikmat dan anugerah.
  3. Hamba meyakini bahwa perbuatan baik Allah kepadan hambaNya tidak dapat dibandingi oleh ucapan ataupun perbuatan baik siapapun, meskipun sempurna dan banyak.
  4. Hamba meyakini bahwa hukum-hukum Allah dan tuntutan[1]tuntutan-Nya itu sedikit.
  5. Dalam setiap waktu, hamba selalu merasa takut jika berpaling dari Allah ta’ala dan merasa takut jika kemuliaan yang Allah berikan, seperti; makrifat, tauhid, dan lainnya, akan hilang.
  6. Hamba melihat bahwa dalam setiap keadaan dan pikiran,  selalu membutuhkan Allah dan tidak bisa merasa tidak butuh dari-Nya.
  7. Hamba selalu menyebut atau berdzikir Allah dengan dzikir yang terbaik sesuai dengan kapasitas kemampuan.
  8. Hamba sangat senang melaksanakan ibadah-ibadah fardhu dan senang mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah-ibadah sunah sesuai dengan kapasitas kemampuan.
  9. Hamba merasa senang jika mendengar orang lain sedang memuji Allah, beribadah kepada-Nya, dan berjuang di jalan- Nya, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan dengan bentuk perjuangan mengorbankan diri, atau harta, atau anak.
  10. Hamba senang mendengar orang lain berdzikir kepada Allah maka akan membantu dan menolongnya.

 




Cara menumbuhkan mahabah kepada Allah

Untuk menumbuhkan mahabbah kepada Allah, kita dapat melakukan beberapa hal, seperti:

  • Mengenal Allah dengan banyak mempelajari sifat dan keagungan Allah. Semakin kita mengenal Allah, semakin kita akan mengagumi dan mencintai-Nya.
  • Meningkatkan keimanan, Keimanan yang kuat akan melahirkan cinta yang mendalam.
  • Melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan menjauhi larangannya. Ibadah yang dilakukan dengan khusyuk akan mendekatkan kita kepada Allah.
  • Memperbanyak zikir, menyebut dan mengingat Allah dalam setiap waktu. Zikir akan membuat hati menjadi tenang atas perlindungan dan anugerahNya.
  • Bergaul dengan orang-orang saleh. Bergaul dengan orang-orang saleh akan memperoleh banyak ilmu dan menginspirasi perbuatan kita menjadi lebih baik.


Mahabbah kepada Allah adalah tujuan akhir dari setiap perjalanan spiritual seorang muslim. Dengan menumbuhkan dan menjaga mahabbah ini, kita akan merasakan kebahagiaan yang hakiki dan meraih ridha Allah di dunia dan akhirat.